Kiprah Waskita Karya sejak awal Indonesia.
Dulunya adalah perusahaan konstruksi yang dibangun Belanda bernama Volker Aannemings Maatschappij N.V. yang akhirnya dinasionalisasi pada tahun 1961, prgram nasionalisasi tersebut digalakkan oleh pemerintah sejak 1958. Pada tahun 1973 perusahaan tersebut menjadi perseroan dan akhirnya menjadi BUMN yang mayoritas sekitar 66% sahamnya dimiliki pemerintah Indonesia. Sejak tahun 2012 Waskita Karya resmi melantai di bursa saham melalui pencatatan tertanggal 12 Desember 2012. Kini, WSKT - kode pada Bursa Efek Indonesia, menjadi BUMN besar yang mencatatkan laba bersih sebesar 4.6 triliun rupiah pada tahun 2018;
Volker Aannemings Maatschappij N.V. adalah perusahaan yang berkiprah sebagai bouwbedrijf atau industri bangunan, yang lebih spesifik disebut sebagai aanemers atau pemborong bangunan, atau pelaksana proyek, atau kontraktor bangunan atau pelaksana konstruksi, menurut buku Wajah Jasa Kontruksi Indonesia (2013) yang ditulis oleh Irwan Kartiwan.
Mahakarya Waskita Karya meliputi hampir semua jenis bangunan dan konstruksi, mulai dari bendungan, jalan, gedung perkantoran, gedung mal, jembatan, fly over, underpass, bandara, sampai pembangunan pembangkit listrik. Proyek-proyek Waskita tidak melulu berada di Indonesia, perusahaan yang bermarkas pusat di Jakarta ini juga mengerjakan beberapa proyek di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan lain sebagainya.
Peningkatan kualitas dan kompetensi perusahaan juga dinilai dari berhasilnya Waskita meraih sertifkat ISO 9002:1994 pada tahun 1995, yang akhirnya membuka jalur kepercayaan dari luar negeri. ISO Sistem Manajemen Kualitas terbukti membawa perusahaan ke arah yang tepat, yang ditandai perolehan ISO 9001:2008 untuk pembaruan Sistem Manajemen Kualitas pada bulan November 2009.
Perusahaan ini terus berinovasi menjadi yang terbaik dan terdepan. Sejarah membuktikan bahwa kerja keras dan komitmen terhadap penerapan kualitas tinggi menjadi kunci sukses Waskita yang pada awalnya fokus ke sektor air seperti reklamasi, pelabuhan, irigasi, serta pengerukan. Situasi yang sulit di jaman pendudukan Jepang juga tidak menyurutkan cita-cita dari perusahaan ini awalnya. Nasionalisasi yang menjadi program Soekarno setelah keluarnya dekrit presiden 5 Juli 1959 juga tidak dipungkiri menjadi tiang penting bagi perjalanan perusahaan ini.
Penulis dan Editor: Aulia Rahman
Sumber: