Menabung Air dengan Sumur Resapan

salatiga1-Bak-penampung-air-dari-sumber-yang-sebelumnya-dipatahkan-karena-debit-menurun.-Adanya-sumur-resapan-di-kawasan-tangkapan-air-membuat-debit-air-berlimpah.-Foto-Tommy-Apriando-768x512 Bak penampung air dari sumber yang sebelumnya dipatahkan karena debit menurun. Adanya sumur resapan di kawasan tangkapan air membuat debit air berlimpah. Foto: Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

Source: Mongabay
Date: April 12, 2021

  • Lingkungan Indonesia krisis hingga menciptakan bencana alam, sekaligus membuat ketersediaan air makin terbatas. Melihat kondisi itu perlu upaya menyimpan air saat musim penghujan agar tak kekeringan atau krisis air kala kemarau.
  • Asep Mulyana, Senior Raw Water dan Climate Change Adaptation Specialist, USAID IUWASH Plus menekankan soal penting memanen air hujan lewat sumur resapan.
  • Sumur resapan, bisa dibuat di perumahan padat, karena hasil galian tidak akan mengganggu fungsi di atasnya. Sumur resapan juga menjamin sumur gali biasa tetap berisi air meskipun sedang kemarau.
  • Satu contoh aksi panen air dengan sumur resapan di Malang. Zainul Fahrudin, Ketua HIPPAM Kota Malang bilang, di tengah kesulitan akses air minum itu, HIPPAM berhasil mengatasi dengan membuat 42 sumur resapan.

Kerusakan lingkungan yang memicu krisis iklim jadi ancaman serius dalam ketersedian air di Indonesia. Lingkungan krisis menciptakan bencana alam, sekaligus membuat ketersediaan air makin terbatas. Melihat kondisi itu perlu upaya menyimpan air saat musim penghujan agar tak kekeringan atau krisis air kala kemarau.

Asep Mulyana, Senior Raw Water dan Climate Change Adaptation Specialist, USAID IUWASH Plus menekankan soal penting memanen air hujan. Kondisi di Indonesia, itu ironis. Ketika hujan datang, katanya, air melimpah, kala kemarau air krisis. Kondisi ini, katanya, berbeda puluhan tahun lalu, ketika kemarau air masih tersedia, saat hujan tidak menyebabkan banjir. "Dari fenomena ini terus kami pelajari apa yang bisa dilakukan," katanya dalam diskusi daring akhir Maret lalu.

Kelompok Kerja Perumahan, Pemukiman, Air dan Sanitasi (Pokja PPAS) Nasional berkolaborasi dengan USAID IUWASG Plus menggelar diskusi virtual NgeLanTur (Ngobrol Lentur Urusan Perumahan dan Permukiman) dengan tajuk "Memanen Air Hujan, Menjaga Ketersedian Air Minum."

Menurut Asep, hasil analisis USAID bersama BMKG dengan mengumpukan data curah hujan dengan siklus hujan sama, baik global maupun Indonesia secara khusus. Meskipun curah hujan tidak berubah, tetapi fenomena kekurangan air terus terjadi. "Ini pasti ada yang salah."

Dia bilang, siklus terjadi hujan hancur ketika terjadi penggundulan hutan atau lahan di tempat resapan air seperti di pegunungan atau bukit. Dia contohkan, banjir Jakarta antara lain karena perbukitan di Bogor tidak bisa menahan air hujan.

Menghadapi itu, USAID menawarkan solusi dengan membuat sumur resapan. Mereka sudah lakukan di beberapa daerah. Sumur resapan adalah lubang galian yang berfungsi sebagai penampung, penahan, dan meresapkan air aliran atau hujan ke tanah (akuifer). "Dengan sumur resapan inilah air tertahan," kata Asep.

Asep mengatakan, peran sumur resapan menggantikan peran humus, bukan peran pohon. "Sumur resapan bisa ukuran berapa saja, tergantung kebutuhan dan ketersediaan tempat."

Ukuran sumur resapan, katanya, tidak dibuat sembarangan, tetapi berdasarkan kebutuhan air setiap orang di wilayah itu. Prosesnya, air hujan yang turun masuk sumur resapan. Dalam sumur resapan pembuatan terdiri dari tutupan beton, di bagian bawah lobang terdapat kerikil, lalu ditimbun ijuk sebagai pembersih. "Meskipun sumur resapan dibuat di pekarangan rumah tetap saja bagian atas bisa dimanfaatkan seperti biasa," katanya.

Dia contohkan, yang mereka buat di Salatiga, sumur resapan berada di bawah ruang tamu, bahkan kamar tidur rumah warga. "Bahkan, di beberapa tempat lain bagian atas sumur resapan masih bisa untuk menanam jahe," katanya.

Membangun sumur resapan, katanya, kedalaman tidak boleh melebihi air sumur bor biasa. Misal, sumur air biasa dua meter, resapan kurang dari itu, sekitar satu meter.

"Pengalaman kami sejak 2005 membuat sumur resapan air tidak pernah air melimpah, karena cepat meresap ke tanah," katanya.

Sumur resapan, katanya, juga bisa dibuat di perumahan padat, karena hasil galian tidak akan mengganggu fungsi di atasnya. "Kami pernah membuat sumur resapan di gang sempit, di atas sumur tetap jadi jalan seperti biasa."

Asep juga mengatakan, sumur resapan menjamin sumur gali biasa tetap berisi air meskipun sedang kemarau.

Selain di kota, katanya, warga di pulau-pulau kecil juga banyak gunakan sumur resapan, seperti di Ternate. Di Ternate, katanya, pemerintah daerah bangun sumur resapan. "Mereka memanfaatkan curah hujan ke dalam drum, kelebihan diteruskan ke sumur resapan, sampai sekarang sumur resapan menjadi solusi ketersediaan air di Ternate," kata Asep.

Di Malang, Jawa Timur, Asosiasi Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) Kota Malang juga aksi panen air.

Zainul Fahrudin, Ketua HIPPAM Kota Malang khawatir, Kota Malang alami krisis air. Saat ini saja, katanya, pelayanan air bersih di Kota Malang bermasalah dari sumber daya manusia, sumber air kurang baik, sampai manajemen penataan distribusi air 24 jam.

Di tengah kesulitan akses air minum itu, HIPPAM berhasil mengatasi dengan membuat 42 sumur resapan. Dia menyarankan, para pihak, termasuk pemerintah mengagendakan pembuatan sumur resapan dengan baik. 

Pembuatan sumur resapan. Foto: Sofyan Ardiansyah USAID IUWASH PLUS 

oleh Yogi Eka Sahputra [Batam] di 12 April 2021


Riau Islands starts collecting anchorage fees amid...
Marine Ministry to get additional budget for mangr...
 

Comments

Comments are not available for users without an account. Please login first to view these comments.

Providing you the latest news, insights, opportunities and events from the Indonesia water sector.

Indonesia Water Journal

Subscribe to our newsletter.