Penanganan Sampah di Pulau Komodo Terapkan Sistem Berkelanjutan. Seperti Apa?

Penanganan-Sampah-di-Pulau-Komodo-Terapkan-Sistem-Berkelanjutan.-Seperti-Apa-1 Kapal-kapal pesiar yang melego jangkar di perairan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. (Foto oleh Ebed de Rosary / Mongabay Indonesia)

Source: Mongabay 
Date: 15 October 2020 

  • Sampah yang berada di Pulau Komodo harus segera ditanggulangi agar tidak mencemari lingkungan.
  • Masyarakat harus diedukasi bahwa sampah plastik memiliki nilai ekonomis, sehingga mereka tertarik untuk melakukan pemilahan dan pengumpulan.
  • Permasalahan sampah di Indonesia, termasuk di Pulau Komodo dan Labuan Bajo, pada dasarnya sama yaitu soal manajemen dan support system.
  • Masalah sampah bukan hanya urusan pemerintah dan perusahaan swasta tetapi semua pihak. Melalui Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo diharapkan penanganan sampah dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Sampah merupakan persoalan yang harus diselesaikan di Pulau Komodo agar tidak mencemari lingkungan.


Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia [HPI] Nusa Tenggara Timur, Agustinus Manua Bataona, kepada Mongabay Indonesia, mengatakan Labuan Bajo dan Pulau Komodo masih berkutat dengan masalah sampah.

Agustinus mencontohkan, manajemen sebuh hotel mengeluh karena setiap pagi mereka harus membersihkan sampah di pantai. Setiap hari, bisa mencapai 40 hingga 60 karung yang umumnya plastik.

Selama pandemi corona sebutnya, memang ada penurunan akan tetapi persoalan sampah ini belum ada penyelesaian. Itu baru satu contoh saja, belum di wilayah pantai lain.

"Ada keluhan wisatawan soal sampah, termasuk di Pulau Komodo. Petugas Taman Nasional Komodo dan warga yang berjualan di pulau ini akan membersihkan sampah bila ada kapal pesiar besar bersandar," ungkapnya, Sabtu [10/10/2020].

Agustinus menyesalkan di tempat pembuangan akhir [TPA] di Labuan Bajo tidak ada pemisahan sampah organik dan non-organik, sehingga tidak terkelola baik.

"Labuan Bajo adalah destinasi wisata super premium, seharusnya ada bank sampah dan sistem pengelolaan yang benar," harapnya.


Sistem pendukung

Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia [ADUPI] Christine Halim kepada Mongabay Indonesia, menyebutkan, sampah plastik di Pulau Komodo dan Taman Nasional Komodo [TNK] memang harus segera ditanggulangi.

Menurut dia, masyarakat harus diedukasi agar destinasi yang indah ini bisa menarik wisatawan. Bila kotor dan sampah berserakan seperti sekarang, wisatawan malas berkunjung.

"Kami mengajarkan masyarakat bahwa sampah plastik memiliki nilai ekonomis, sehingga mereka tertarik untuk melakukan pemilahan dan pengumpulan. Sistemnya dengan memisah sesuai jenisnya, serta menyediakan tempat sampah yang mudah dijangkau," terangnya, Sabtu [10/10/2020].

Christine menyebut, plastik polietilena tereftalat [PET] seperti yang digunakan pada botol dan galon sekali pakai adalah bahan paling ramah lingkungan jika dibandingkan jenis plastik lain, karena mudah didaur ulang.

Hasilnya adalah barang-barang komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju winter dan kancing.

"Kami mengimbau masyarakat untuk memilah sampah dari rumah dan bekerja sama dengan bank sampah agar plastik menjadi sumber ekonomi berkelanjutan. Selain itu, hal positifnya adalah masyarakat terbiasa hidup bersih," terangnya.

Christine menambahkan, pihaknya hanya bisa mengajarkan dan membantu prasarana infrastruktur sampah. Diharapkan, masyarakat dan pemerintah setempat serius melakukannya.

"Masyarakat harus pintar dan tekun mengolah kekayaan wisata Pulau Komodo agar bisa diwariskan ke anak cucu nanti," pesannya.

Permukiman warga desa Komodo di Pulau Komodo yang berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo, NTT. 
Pulau Komodo merupakan habitat binatang purba komodo hidup dan berkembangbiak hingga saat ini.
(Foto oleh Ardiansyah / Mongabay)

Partisipasi semua pihak

Koordinator Indonesian Waste Platform [IWP], Ica Marta Muslin kepada Mongabay Indonesia, Sabtu [10/10/2020] menjelaskan, permasalahan sampah di Indonesia pada dasarnya sama, yaitu soal manajemen dan support system.

"Intervensi yang dilakukan adalah menyediakan sistem pendukung berupa road map waste management yang terintegrasi dan mandiri," terangnya.

Ica menjelaskan, program ini dimulai dengan mengedukasi masyarakat, disertai penyediaan tempat sampah dan sistem pengangkutan dari pulau-pulau ke Kota Labuan Bajo. Setelah itu, sampah dikirim ke pengepul.

"Kegiatan ini mendukung tercapainya recycling rate secara signifikan, sehingga beban lingkungan TPA berkurang," jelasnya.

Kepada pemerintah, khususnya di Labuan Bajo, IWP meminta agar mitigasi dampak lingkungan dari kegiatan pariwisata diperhatikan. IWP percaya, dengan kolaborasi multi pihak, masalah sampah dapat diatasi lebih cepat.

"Labuan Bajo dan Pulau Komodo sebagai destinasi super premium, harus menjadi contoh terbaik pengelolaan sampah terintegrasi dan berkesinambungan [sustainable]," harapnya.

Pemandangan gugusan pulau di wilayah Taman Nasional Komodo [TNK] di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. (Foto oleh Kusnanto / WWF Indonesia)

Sebelumnya, dalam sambutan melalui video, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menyatakan, penanganan sampah merupakan perjuangan bersama.

Siti menegaskan, sampah bukan hanya urusan pemerintah dan perusahaan swasta, tetapi semua pihak. "Pemerintah mendukung penuh, partisipasi seluruh pihak penggagas konversi sampah menjadi material. Tentunya, bermanfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan," tuturnya.

Siti menambahkan, pemerintah menghargai pihak-pihak yang menggerakkan sebanyak mungkin orang untuk mengurai sampah, menjadi satu mata rantai dari konsep ekonomi sirkulasi. Terutama plastik yang dituding sebagai pencemar utama lingkungan.

"Bila inisiatif ini diterapkan menyeluruh, pada akhirnya bukan sekadar seruan tetapi jadi contoh teladan."

Melalui Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo, yang dilakukan Le Minerale bersama IWP dan ADUPI, diharapkan permasalahan sampah plastik di Pulau Komodo dapat diselesaikan. Selain itu, masyarakat mendapat nilai tambah dan lingkungan beserta pariwisata terjaga.

"Kami berkomitmen mendukung pemerintah dan ingin berkontribusi sebesar-besarnya mengelola sampah plastik," sebut Ronald Atmadja, Sustainability Director PT. Tirta Fresindo Jaya dalam rilis yang diterima Mongabay Indonesia, Jumat [9/10/2020].

Dia mengatakan, pihaknya tengah menyusun road map sustainability plastic. Mulai dari bahan baku sampai sampah nantinya akan dikelola baik dengan dan mendukung kelestarian lingkungan.


Ekonomi sirkular saat pandemi : menciptakan lapang...
Langkah KLHK Atasi Pengelolaan Limbah Medis Selama...
 

Comments

Comments are not available for users without an account. Please login first to view these comments.

Providing you the latest news, insights, opportunities and events from the Indonesia water sector.

Indonesia Water Journal

Subscribe to our newsletter.